MATERI PAI KELAS XI
SEMESTER 1
MEMAHAMI KANDUNGAN AYAT AL-QUR'AN
Materi 1
13. Memahami ayat ayat Al Quran tentang kompetisi dalam kebaikan
Baik dan buruk adalah sifat yang berlawaan dan tidak pernah akan bertemu, membiasakan berbuat baik sekalipun hanya kecil ternyata tidak mudah. Sebaliknya perbuatan yang jauh dari tuntunan dan syar`i ternyata tanpa diajarkan meluncur dengan cepat bagaikan salju yang runtuh dalam waktu sekejab.
Berkompetisi dalam berbuat baik harus secara menyeluruh dan mengikut sertakan semua pihak. Sekolah, orangtua, masyarakat, dunia penerbitan dan komunikasi terlebih dunia hiburan yang banyak muncul dilingkungan keluarga melalui media elektronik harus ikut pula menunjang agar setiap manusia terpanggil untuk senantiasa melakukan kebaikan.
Berfastabiqul khoirot hendaknya menjadi motivasi dan motto setiap manusia, sehingga dari setiap pribadi manusia akan muncul aktivitas yang bermuara kebaikan dan diharapkan akan tercipta masyarakat yang mempunyai pola hidup berbuat baik.
Materi 1
13. Memahami ayat ayat Al Quran tentang kompetisi dalam kebaikan
Baik dan buruk adalah sifat yang berlawaan dan tidak pernah akan bertemu, membiasakan berbuat baik sekalipun hanya kecil ternyata tidak mudah. Sebaliknya perbuatan yang jauh dari tuntunan dan syar`i ternyata tanpa diajarkan meluncur dengan cepat bagaikan salju yang runtuh dalam waktu sekejab.
Berkompetisi dalam berbuat baik harus secara menyeluruh dan mengikut sertakan semua pihak. Sekolah, orangtua, masyarakat, dunia penerbitan dan komunikasi terlebih dunia hiburan yang banyak muncul dilingkungan keluarga melalui media elektronik harus ikut pula menunjang agar setiap manusia terpanggil untuk senantiasa melakukan kebaikan.
Berfastabiqul khoirot hendaknya menjadi motivasi dan motto setiap manusia, sehingga dari setiap pribadi manusia akan muncul aktivitas yang bermuara kebaikan dan diharapkan akan tercipta masyarakat yang mempunyai pola hidup berbuat baik.
A. Surat Al Baqarah ayat 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا
تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti kata kata :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti kata kata :
وَلِكُلٍّ
|
: Dan bagi tiap tiap umat
|
بِكُمُ اللّهُ
|
: Dengan/padamu Allah
|
||
وِجْهَةٌ
|
: Kiblat
|
جَمِيعاً
|
: Sekalian /semua
|
||
هُوَ
|
: Ia
|
إِنَّ اللّهَ
|
: Sesungguhnya Allah
|
||
مُوَلِّيهَا
|
: Menghadap kepadanya
|
عَلَى كُلّ
|
: Atas segala
|
||
فَاسْتَبِقُوا
|
: Maka berlomba lombalah kamu
|
شَيْءٍ
|
: Sesuatu
|
||
الْخَيْرَاتِ
|
: Kebaikan
|
قَدِيرٌ
|
: Mahakuasa
|
||
أَيْنَ مَا
|
: Dimana saja
|
||||
تَكُونُوا
|
: Kamu berada
|
||||
يَأْتِ
|
: Mengumpulkan
|
||||
Identifikasi Tajwid:
1.
Idgam bigunnah, yaitu
huruf tanwin bertemu wau dalam bacaan وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
2.
Izhar halqi, yaitu huruf
tanwin bertemu ha dalam bacaan وِجْهَةٌ هُوَ
3.
Mad Tabi`i, yaitu sebelum
huruf ya bersukun hurufnya berharakat kasrah dalam bacaan مُوَلِّيهَا
4.
Ikfa, yaitu huruf
bertanwin bertemu huruf qaf dalam bacaan جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
5.
Mad arid lisukun, yaitu
mad yang ada sebelum tanda berhenti/waqaf pada bacaan قَدِيرٌ
ISI KANDUNGAN SURAT AL BAQARAH 148
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk ibadah
pada zamanya. Umat Islam menghadapkan wajahnya dalam beribadah menuju ke arah
Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat nabi Ibrahim dan
Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani Izrail dan umat
Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan ketentuan bagi
setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan rah kiblat
yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa yang
diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan
orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan
keinginanya.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan yang baik.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan yang baik.
Surat Al Fathir : 32
ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢﴾
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Arti kata kata
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Arti kata kata
ثُمَّ
|
:Kemudian
|
مُّقْتَصِدٌ
|
:Ada yang pertengahan
|
أَوْرَثْنَا
|
:Kami wariskan
|
سَابِقٌ
|
:Yang lebih dulu
|
الْكِتَابَ
|
:Kitab itu
|
بِالْخَيْرَاتِ
|
:Berbuat kebaikan
|
الَّذِينَ
|
:Yang
|
بِإِذْنِ اللَّهِ
|
:Dengan izin Allah
|
اصْطَفَيْنَا
|
:Kami pilih
|
ذَلِكَ هُوَ
|
:Yang demikian itu adalah
|
مِنْ عِبَادِنَا
|
: Diantara hamba hamba kami
|
الْفَضْلُ
|
:Karunia
|
فَمِنْهُمْ
|
:Lalu diantara mereka
|
الْكَبِيرُ
|
:Yang amat besar
|
ظَالِمٌ
|
: Menganiaya
|
||
لِّنَفْسِهِ
|
: Diri mereka sendiri
|
||
وَمِنْهُم
|
: Dan diantara mereka
|
Identifikasi Tajwid :
1.
Mim musyadah atau mim
bertasydid pada bacaan ثُمَّ
2.
Izhar yaitu huruf nun
bersukun bertemu huruf `ain pada bacaan مِنْ عِبَادِنَا
3.
idgam bilagunnah
yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ
4.
idgam mimi yaitu huruf
mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ
5.
izhar syafawi yaitu huru
mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
6.
iqlab yaitu tanwin
bertemu huruf ba pada bacaan سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
Isi Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
1.
Golongan Dholimun
Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri.
Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan meninggalkan
perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2.
Golongan Mukhtasid, ialah
golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan,
bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan melaksanakan kewajiban dan
menjauhi larangan laranganNya.
3.
Golongan Sabiqun Bil
Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan
kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa
melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya
istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam
kehidupan sehari hari.
Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya
yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan
dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai
ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah
wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan
mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin
Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi
mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya
sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau
beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan
kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan
yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1.
Nafsu Amarah, ialah nafsu
manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina karena senantiasa
mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan godaan syaitan.
2.
Nafsu Lawwammah, ialah
nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat salih dan berhati hati
serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam
kemungkaran.
3.
Nafsu Muthmainah, ialah
akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki ruhani dan jiwa
yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal
shalih.
AYAT-AYAT ALQURAN TENTANG PERINTAH MENYANTUNI KAUM DUAFA
SURAT AL ISRA’ AYAT 26-27
dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Kandungan surat al Isra’ ayat 26-26
Hak merupakan suatu yang harus diterima oleh seseorang.sesuatu
tersebut bisa berupa materi atau non materi.misal kaum kerabat berhak
memperoleh kasih sayang, rasa hormat, dan memperoleh pertolongan baik materi
maupun non materi bila di perlukan.
Pemberian bantuan berupa harta benda kepada kaum kerabat,para fakirmiskin (kaum duafa) dan orang-orang dalam perjalanan, berupa sedekah atau berderma di jalannya, yang isyaallah tentu akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Allah SWT berfirman :
Pemberian bantuan berupa harta benda kepada kaum kerabat,para fakirmiskin (kaum duafa) dan orang-orang dalam perjalanan, berupa sedekah atau berderma di jalannya, yang isyaallah tentu akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Allah SWT berfirman :
“perumpamaan (nafkah yang
di keluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang membutuhkan tujuan butir pada tiap-tiap butir
seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki
dan alah maha luas (karunianya)lagi maha mengetahui (Q.S. Al-Baqarah,261)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar